Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda yang
merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri. Orang Bawean yang merantau ke
Malaysia dan Singapura membentuk perkampungan di sana. Di negeri jiran
masyarakat Bawean dikenal dengan istilah orang Boyan. Banyak juga para perantau
ini yang berhasil dan menjadi orang terkenal di Indonesia, Malaysia maupun
Singapura.
Dalam legenda pulau putri, pulau bawean tempat berlabuhnya keluarga dari
kerajaan Campa yang akan menuju pulau Jawa, mereka berlabuh dikarenakan Putri
raja tersebut sakit, dan konon meninggal di bawean, untuk menhormati sang putri
pulau tersebut dinamakan pulau putri. Sampai sekarang ini makamnya masih ada
tepatnya berada di desa Kumalasa yang dikenal sebagai makam jujuk Campa.
Di Bawean terdapat spesies rusa yang hanya ditemukan (endemik) di Bawean,
yaitu Axis kuhli. Selain itu di Pulau Bawean juga ditanam manggis, salak, buah
merah, dan durian untuk konsumsi lokal. Puluhan spesies ikan laut juga terdapat
di pantai pulau ini.
Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau
120 kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif sejak tahun 1974,
pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur dimana tahun sebelumnya sejak pemerintahan
kolonial pulau Bawean masuk dalam wilayah Kabupaten Surabaya. Belanda (VOC)
masuk pertama kali ke Pulau ini pada tahun 1743.
Bawean memiliki 2 kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Jumlah penduduknya
sekitar 70.000 [8] jiwa yang merupakan pembauran beberapa suku yang berasal
dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan[9] ,Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya
dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan atau petani selain juga menjadi pekerja di Malaysia dan Singapura,
sebagian besar di antara mereka telah mempunyai status penduduk tetap di negara
tersebut, selain di kedua negara itu penduduk bawean juga menetap di Australia
dan Vietnam. Etnis mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, dan suku-suku
lain misalnya Suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar,Mandailing,Banjar dan Palembang.
Bahasa pertuturan mereka adalah bahasa Bawean. Bukannya bahasa Madura
seperti yg dimaklumkan sebelum ini. Di Malaysia dan Singapura, penyebutan suku
ini berubah menjadi Boyan. Mereka menyebut diri mereka orang Boyan, maksudnya
orang Bawean.
Tokoh yang berasal dari Pulau Bawean yaitu Pahlawan Nasional Harun Thohir,
Yahya Zaini, Syekh Zainuddin dan
beberapa lagi yang keturunan bawean seperti Noh Alam Shah, Mahali Jasuli, Datuk
Aziz Sattar.
Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari.
Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit
terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat
matahari terbit. Dalam kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini
bernama Buwun sedangkan dalam catatan Serat Praniti Wakya Jangka Jaya Baya
penduduk Bawean bermula pada tahun 8 Saka dimana sebelumnya pulau ini tidak
berpenghuni, Pemerintah Koloni Belanda dan Eropa pada abad 18 menamakan pulau
ini dengan sebutan Lubeck,Baviaan,Bovian,Lobok, Awal abad ke-16 tepatnya pada
tahun 1501 agama Islam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Sayyid Maulana Ahmad
Sidik atau yang dikenal dengan nama Maulana Umar Mas'ud atau Pangeran Perigi
sekaligus menjalankan tata pemerintahan di Pulau Bawean selanjutnya Pulau Bawean
di pimpin oleh keturunan Umar Masud seperti Purbonegoro, Cokrokusumo dan
seterusnya hingga yang terakhir Raden Ahmad Pashai. Pada tahun 1870-1879 Pulau
Bawean menjadi Asistent Resident Afdeeling dibawah Resident Soerabaya pada masa
inilah Pulau Bawean di bagi menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura
dan Kecamatan Tambak yang di pimpin oleh seorang Wedana dengan Wedana terakhir
bernama Mas Adi Koesoema ( 1899-1903)
Mayoritas penduduk Bawean beragama Islam, sedangkan penduduk non-Muslim
biasanya adalah para pendatang. Yang khas dari Bawean adalah batu onyx. Sejenis
batu marmer. Batu ini dijadikan hiasan dan juga lantai. Selain itu juga ada
"buah merah". Ini berbeda dengan buah merah asli papua. Bentuknya
bulat seperti apel. Namun ada yang seperti ini di Magetan tapi warnanya agak
kuning. Buah Merah di Bawean terbagi dalam 2 jenis, satu warna merah dan yang
kedua berwarna kuning, yang berwarna kuning di bawean dikenal dengan jenis Buah
Merah Mentega, buah jenis ini (buah merah) juga tumbuh di daerah lain seperti juga
di magetan, tapi buahnya cenderung kecil bila dibandingkan di bawean, dan di
daerah lain lebih dikenal dengan nama buah mentega.
Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata
dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan kata-kata
Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa karena banyaknya orang Bawean yang bekerja
atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek
bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri
seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit dan juga
Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan
Singapura Di dua tempat terakhir ini Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi
orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua
bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa
Malaysia
No comments:
Post a Comment